Memahami 3 Filosofi Kurikulum Baru untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

Kurikulum baru hasil rumusan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan bentuk penyempurnaan terbaru dari kurikulum sebelumnya. Meski belum diberlakukan di seluruh satuan pendidikan, karena masih

Syadir

kurikulum baru
Foto: Freepik

hasil rumusan dari Kementerian dan Kebudayaan merupakan bentuk penyempurnaan terbaru dari kurikulum sebelumnya. Meski belum diberlakukan di seluruh satuan pendidikan, karena masih diterapkan secara terbatas khususnya pada beberapa penggerak.

Kurikulum dengan konsep hasil penyempurnaan baru ini disebut-sebut sebagai kurikulum terbaik hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya termasuk kurikulum darurat yang disusun secara khusus ketika Indonesia dilanda pandemi Covid-19 beberapa waktu yang lalu.

Meski demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Menteri Nadiem Makarim kembali menegaskan bahwa kurikulum model baru ini bisa dijadikan sebagai opsi pilihan, sedang penerapannya tetap dikembalikan kepada satuan pendidikan masing-masing, apakah akan menggunakan kurikulum baru ini atau tetap mengacu pada kurikulum 2013 yang sudah ada.

Filosofi Kurikulum Baru

Banyak filosofi yang ada dalam kurikulum baru ini, seperti misalnya proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada metode pembelajaran berbasis projek serta beberapa hal lain yang mungkin tak bisa dijumpai pada kurikulum sebelumnya.

Titik tekan atau tujuan yang ingin dicapai pada ini lebih kepada mempersiapkan para peserta didik dalam menghadapi tantangan di era global yang sangat terkait erat dengan penerapan teknologi pada kehidupan sehari-hari di masa yang akan datang.

Sehingga proses pembelajaran lebih mengedepankan pada konsep atau latihan secara langsung dengan berbasis projek kepada para peserta didik.

Filosofi ini pulalah yang membuat kurikulum paradigma terbaru ini memiliki perbedaaan secara mendasar pada kurikulum sebelumnya, dalam beberapa hal berikut ini:

Pengembangan Struktur Kurikulum Baru

Dalam pengembangan struktur kurikulum, pada paradigma baru, konsepnya terbagi dalam dua kegiatan yakni: kegiatan berbasis intrakurikuler atau pembelajaran secara tatap muka di sekolah dan kegiatan yang berbasis pada projek yang lebih ditekankan pada pencapaian peserta didik yang lebih mencerminkan profil seorang berwawasan Pancasila.

Profil pelajar berwawasan Pancasila inilah yang menjadi dasar kurikulum paradigma baru yang meliputi standar isi pendidikan, proses pendidikan, penilaian yang disimpulkan pada hasil capaian pembelajaran, yang dikembangkan oleh tiap satuan pendidikan secara mandiri.

Jam Pelajaran

Dalam kurikulum paradigma baru, sebanyak 20 pesen hingga 30 persen jam pelajaran menjadi porsi untuk kegiatan yang bersifat projek. Namun, dalam kurikulum baru ini, tidak ada ketetapan khusus tentang jumlah pelajaran setiap minggunya seperti halnya pada kurikulum 2013. Dalam kurikulum baru ini, jam pelajaran dihitung berdasarkan tahun.

Konsep jam pelajaran ini sebenarnya memberikan banyak kemudahan dalam hal waktu pelajaran bagi tenaga pendidik untuk lebih leluasa mengatur waktu pelajaran asalkan jam pelajaran tiap mata pelajaran terpenuhi dalam satu tahunnya.

Penggabungan Mata Pelajaran IPA dan IPS

Di tingkat sekolah dasar, mata pelajaran baik IPA dan IPS adalah dua jenis mata pelajaran yang saling terpisah. Namun, dalam kurikulum baru ini, kedua mata pelajaran ini digabung menjadi satu dengan nama Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial atau dikenal dengan sebutan IPAS, tujuannya adalah untuk dijadikan bekal sebelum benar-benar akhirnya mempelajari mata pelajaran baik IPA maupun IPS melalui penjurusan pada jenjang pendidikan berikutnya.

Berlakunya Mata Pelajaran TIK

Filosofi lain dari kurikulum baru ini adalah diberlakukannya mata pelajaran TIK atau teknologi informasi dan komputer dan dalam kurikulum ini, latar belakang pengajar untuk mata pelajaran ini tak harus berasal dari jurusan yang sesuai karena pada prosesnya guru akan dibekali panduan khusus untuk mata pelajaran ini.

 

Related Post