Advertisement

Kian berkembangnya , sangat efektif menunjang berbagai kepentingan termasuk salah satunya adalah pemanfaatan teknologi sebagai sarana kunjungan wisata atau yang lebih dikenal dengan .

Advertisement

Wisata virtual dikembangkan pasca merebaknya pandemi Covid-19 yang memang membuat berbagai sektor termasuk pariwisata terkena dampaknya secara langsung, khususnya dalam hal kunjungan wisatawannya.

Keharusan untuk beradaptasi di era kewajaran baru ini memang membuat sebagian orang melakukan inovasi dengan sepenuhnya memanfaatkan teknologi untuk pengembangan konsep wisata yang berbasis virtual.

Pengertian Wisata Virtual

Secara khusus wisata berbasis virtual sendiri memiliki pengertian sebagai konsep perjalanan wisata yang dilakukan dengan berselancar di dunia maya tanpa harus keluar rumah dan sepenuhnya mengandalkan perangkat teknologi sebagai penunjangnya.

Advertisement

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan wisata tersebut, daerah-daerah yang selama ini menjadi destinasi wisata secara fisik juga dituntut untuk mengembangkan obyek wisatanya secara virtual melalui media , foto maupun teknologi lain yang berperan untuk menunjang tampilan wisata secara virtual terlihat lebih nyata.

Tujuan Wisata Virtual

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, konsep wisata virtual memang dikembangkan sebagai untuk mensiasati kebutuhan akan refreshing atau berwisata secara maya sebagai dampak dari merebaknya pandemi Covid-19.

Dengan begitu, baik wisatawannya tak harus keluar rumah dan bertemu dengan banyak orang sehingga berpotensi terjadinya penularan Covid-19. Demikian halnya dari sisi pengelola wisata pun dituntut untuk memahami teknologi.

Pengelolaan Wisata Virtual

Pengembangan wisata secara fisik pada umumnya adalah untuk mendapatkan penghasilan dari hasil kunjungan wisatawan ke obyek wisata. Demikian halnya dalam penerapan wisata berbasis virtual pada pengembangan selanjutnya juga akan memberikan keuntungan secara ekonomis baik untuk negara pada umumnya maupun kepada masyarakat sebagai pengelola obyek wisatanya.

Caranya dengan menjual tiket wisata secara virtual kepada wisatawan yang hendak ‘berkunjung’ ke obyek wisata tersebut secara virtual.

Desa Wisata Virtual di Indonesia

Seiring dengan mulai populernya wisata berbasis virtual itu pulalah, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mengembangkan konsep wisata virtual rintisan.

Ada beragam wisata virtual di Indonesia yang sudah mulai dikembangkan, dan sudah sangat dikenal oleh wisatawan bahkan hingga ke mancanegara. Dan, yang paling banyak dikenal dan ikut dipromosikan secara langsung adalah desa wisata virtual yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

10 Desa Wisata Virtual

Terdapat sedikitnya 10 desa wisata ini yang memiliki banyak keunggulan dalam hal potensi wisatanya untuk dikunjungi oleh wisatawan termasuk dari mancanegara. Desa-desa ini memang dipilih secara khusus oleh Kemenparekraf untuk dikenalkan dan dipromosikan ke seluruh dunia.

Selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, desa-desa wisata berbasis virtual yang dikembangkan ini juga memiliki beragam kebudayaan asli dan masih menjalankan tradisi kebudayaannya hingga saat ini yang tentu saja hanya ada di Indonesia.

Berikut 10 Desa Wisata Virtual di Indonesia:

1.Desa Wisata Pulau Baguk, Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh

2. Desa Wisatwa Belibak, Kepulauan Anambas

3.Desa Wisata Karangduwur, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

4.Desa Wisata Virtual Nanas Madu Pemalang, Jawa Tengah

5.Desa Wisata Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat

6.Kawasan wisata Kabola, Pulau Alor

7.Desa wisata Aisandami, Teluk Wondama, Papua Barat

8.Desa wisata Bajo Mola, Wakatobi, Sulawesi Tenggara

9.Desa wisata Ngilngof, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara

10.Desa wisata Sebujit, Bengkayang

Ke-10 desa wisata yang dikembangkan dengan konsep wisata berbasis virtual ini akan memberikan pengalaman kunjungan secara maya yang akan membuat siapapun terkesan tak hanya oleh keindahan alamnya saja tapi juga keluhuran budaya yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat atau yang lebih dikenal dengan masyarakat adat desa wisata tersebut.